Sekilas
itu tak membekas
Siang itu panas
mentari membakar apa yang ada di alam ini tepatnya di bagian timur. Orang-orang
tampak hampIr semua menutupi peningnya sehinga tampak seperti menghormat. Tapi
aura semangat terpancar pada mereka anak-anak maupun yang sudah tua apalagi
pemuda. Di sebuah lapangan, disitulah tepatnya aku berada, dimana terdapat
beribu manusia yang sedang melaksanakan suatu kegiatan. Orang yang hadir hampir
semuanya petani dari seluruh penjuru Jawa Barat. Acaranya, kalau bicara petani
pasti tidak jauh dengan yang namanya tanah, karena tanah dan petani ibarat ibu
dan anak. Acara tersebut adalah “Penen Perdana Karet Rakyat Sagara”.
Sebuah foto kupegang sepanjang acara
itu dan sering aku jepretkan untuk mendapat moment yang bagus dan berestetika untuk
dilihat. Sebuah tas bermerek BOOGY mendekap di punggungku yang entah apa isinya
aku juga gak begitu hafal. Kakiku tak pernah santai untuk bersanding di kursi
atau di tempat duduk. Aku selalu berjalan-jalan untuk mencari moment. Karena
itu akan menjadi tanggung jawabku nanti. Ketikaku sedang berjalan tiba-tiba
‘ssst’ terlihat seraut wajah yang sepertinya pernah ku kenal, dan pernah aku
melihatnya tapi entah dimana. Ku cari orang itu dan akhirnya ketemu, tapi aku
tak sanggup untuk mendekati apalagi menyapanya. Ku ikuti langkahnya, tapi aku
terikat dengan tugasku sebagai fotografer kelingkingan. Ku coba untuk menghafal
namanya, akhirna sebuah kata terangkai di otakku “Chu” ya orang itu namanya Chu . Aku pernah meliatnya di foto yang terdapat di
computer.
Sekarang aku mencari temannya yang
kebetulan bisa dibilang dekat denganku dalam dua bulan ini. Eh..Aku malah
menemukan teman lelakiku. Terpaksa Sebentar aku bersapa dan bercanda dulu.
Kulanjutkan pencarianku. Akhirnya wajah yang
ku cari-cari ketemu juga, dia duduk paling depan, terpaksa aku
harus berdesak-desakan dulu di sela
orang-orang yang hampir semuanya berkeringat. Tak ayal bau keringatpun menghinggapi
hidungku. Kupaksakan agar aku dapat menghampiri temanku itu. Akhirnya
perjuanganku tercapai juga, aku dapat menghampiri temanku walau dengan susah
payah.
“Hai apa kabar?”
“Baik, gimana kamu?
“Alhamdulillah, oh ya tadi aku
melihat si Chu ada di sini apakah dia ikut?”
“Kurang tahu tuh karena kan aku berangkat dari
Sarimukti tidak dari Ciamis. Coba tanyakan ke si Yu tuh baragkali dia tahu. Tuh
sebelah situ dekat rombongan anak-anak!”
“Ya, thank’s ya “
“Sama-sama, semoga berhasil”
Dengan perasaan agak malu aku
mencoba manghampiri manusia yang bernama Yu itu. Aku sih gak kenal dia tapi dia
mengenalku sehingga ketika aku mendekatinya dia langsung menyapaku. “ Oy..(sambil menepuk bahuku), bagaimana
kabarmu ?”
“Baik, eh kamu berangkat dari mana? Dari Ciamis bukan?”
“Emang mau apa kalau aku bernagkat
dari Ciamis”
“Ahh enggak kok Cuma bertanya aja”
“Yang bener….”
“Gini sebenarnya aku mau menanyakan kalau si Chu ,
ikut ke sini gak. Soalnya tadi aku melihatnya tapi aku tak berani untuk
menghampirinya.”
“Ooooh.. dia. Dia kesini tapi sekarang entah di mana, kalau tadi di
sebelah situ tuh” (sambil menunjuk kebelakang). Ternyata sudah tidak ada.” Eh
emang kamu ada apa dengan si Chu aku jadi
curiga nih?”
“Nggak biasa aja lagi”
“Sumpah lo”
“Ehhh aku itu orang normal jadi maklum dong”
“Ngomong dong dari tadi”
Perasaan bahagia dan tegang hinggap di satu hati. Bahagia karena aku
dapat melihat indahnya wajah Chu , tagangnya
apa yang harus aku katakan kalau aku bertemu dan bertatap muka dengannya. Tapi
perasaan itu tak terjadi lama karena terganggu oleh suara yang mengusik
telingaku dari belakang.
“Tolong fotonya aku yang pakai, itu ada masyarakat yang ingin difoto”
Aku seakan terbebas dengan permintaan itu, aku jadi leuasa untuk
mencarinya.
Di sudut kanan panggung penonton wanita berbaju putih berdiri
bergandengan tangan dengan temannya, melihat pertunjukan upacara adat. Aku
mendekatinya pura-pura tak disengaja. Tiba-tiba temannya menyahut.” Eeey … kamu
Zhe mana kawan-kawan lain, gimana kabarnya?”. Menyodorkan tangan mengajak
bersalaman”
“Oh teman-teman di sebelah situ tuh. Lho kok kalian berdua disini gak
bergabung dengan teman yang lain?”
“Ini lagi mau belanja untuk oleh-oleh”
Aku pergi meninggalkan mereka. Ada yang
aneh yang kurasakan, kok tadi aku gak bersalaman dengan si Chu, padahal kan tujuannya adalah
dia. Itulah, mungkin aku sedang
dijinakkan oleh makhluk yang bernama “gugup”. Segera ku cari yang tadi meminta
foto padaku, supaya dia memoto si Chu . Ketika
kulihat lagi lokasi tadi ehh si Chu sudah gak
ada lagi. Tapi biarlah yang penting aku sudah memastikan bahwa dia ada di sini.
Acara makin meriah ketika Kepala BPN RI (Joyo Winoto) memasuki
lapangan, penari latar yang pada cantik mulai memainkan tangan dan yang
dipeganya dengan sangat apik. Maklum yang datang adalah mentri , pusat lagi. Di
tambah lagi Gubernur JABAR (Dani Setiawan). Tangan para petani pun mulai di
tepuk-tepukan menyambut kedatangan dia dan rombongannya. Ada rasa bangga pada diriku dimana aku dapat
bertemu mentri dan gubernur dengan mata kepala sendiri di depan mata sendiri.
Yang sebelumnya gak ada bayangan untuk bertemu dengannya apalagi bersalaman
dengannya.
Aku mencoba lagi melihat lokasi yang tadi, dia sudah berdiri lagi dan
masih tetap dengan temannya. Aku hampiri lagi, kali ini Alhamdulillah aku
dapat menyapanya dengan hati yang
tenang. Ketika kulihat senyumnya mentari yang menyinaripun seakan menjadi salju
yang berjatuhan dari langit. Udara seakan menjadi sejuk terasa dingin menyapa
tubuhku. Tak terasa ternyata temanku sudah memfoto si Chu
dan melpaorkan hasilnya kepadaku.
“Nih foto yang lo pinta tadi. Bagaimana bagus gak?”
“Bagus, tapi dimana lo memoto nya”. “Ah lo mau tau aja, yang penting kan sudah ada”. “ Iya…….”
Terima kasih ya”.” Sama-sama”
Pas mau pulang aku lupa tidak minta nomor Hp nya. Terpaksa ku mencari
lagi makhluk yang bernama Yu. Ternyata dia tak penya Hp. Adduh aku jadi bingung
tapi kalau temannya punya. Yaaa aku minta aza punya temanya.
Apa artinya sebuah foto? Aku juga gak begitu tahu tapi tujuanku adalah
aku dapat melihat si Chu semauku.
Dua hari setelah acara itu nama Chu yang
kukagumi dua hari yang lalu, tak pernah muncul dihatiku apalagi dalam
ingatanku. Mungkin tuhan telah menghapusnya dari kehidupanku dan memori otakku.
Aku jadi percaya bahwa cinta itu hadir kala kita sering bersama. Setelah mata
lelah habis nulis Kututup bukuku dan aku melaju ke alam mimpi. Dengan harapan
mimpii indah menghiasi tidur malamku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thankz