I am an adventurer

I am an  adventurer
beautiful extreme

Rabu, 27 Juni 2012

Minggu, 24 Juni 2012

Puisi Perpisahan SMP PLUS PASAWAHAN 2012


Puisi barudak
1
Semua berawal dari jabatan tangan
Kami di sini memulai sebuah perkenalan
Kau sambutt kami dengan senyuman
Dan kau ajak kami ke duniamu

Wajah-wajahbaru mengisi hari-hari kami
Kebiasaan beda mulai terasa
Saat kami berada di duniamu
Dan menjalani kehidupan bersama
2
3
Memang sekolah ini biasa
Orang memandang dari luar saja
Mereka tak tahu ilmu yang tertera
Dari guru-guru yang mengajarnya

Siswanya sedikit
Ruangannya pun sempit
Walaupun aku tahu itu pahit
Tapi aku mencoba untuk bangkit
4
Canda, tawa dan tangisan
Kumerasakan kepedihan
Tapi ku merasakan indahnya kebersamaan
Yang takkan tergantikan
Dalam hidup persahabatan
Kadang ada pertengkaran
Kegembiraaan,
Suka dan duka pun kutemukan
Dari itu semua kudapatkan pelajaran yang paling berharga
Tentang makna sebuah pengalaman
5
Parang telah menungguku
Tuk siap membuang rumput itu
Ada sedikit terbersit rasa malu
Tapi aku tahu itu ilmu
Disitu pula aku mendapat pelajaran
Kehidupan tentang pertanian
Yang dapat menumbuhkan hidup kemandirian
Untuk menghadapi masa depan
6
Waktu UN
Kubuka pintu pikiranku yang ragu
Rasa gelisah yang tak menentu
Membuat tubuhku kaku

Mulutku mual, perasaanku brutal
Dan saat ku tahu ini kesal
Ku melaksanakan ujian nasional
 Aku lihat kesampingpun aku tak bisa
Ingin bertanya susah rasanya
Tapi ku harus berusaha

Rasa takut itu menghampiri
Akan lulus atau berdiam diri menetap di sekkolah ini
Atau................ lulus dengan percaya diri

Sungguh ku  lelah
Takut mereka musnah
Saat ku tahu kita akan berpisah
Setelah semuanya berakhir
6
Waktu telahmembawa kita untuk berhenti di sini
Kebersamaan kita akan menjadi sebuah rangkaian ccerita
Dimana suka dan duka telah kita lalui bersama
Dalam kebersamaan hidup yang sederhana

Kami hanya mampu mengucapkan terima kasih
Yang tak sepadan dengan apa yang kaian berikan
Untuk bekal kami di masa depan
Hingga kelak kami kembali pada tangan tuhan

Hanya rangkaian berjuta maaf yang kami keluarkan
Dari semua kehilafan yang telah kami lakukan
Mudah-mudahan tuhan meberikan kita kesempatan
Untuk bertemu lagi di lain waktu

Mungkin saat ini kami akan pergi
Meneruskan cita-cita kami
Menggapai segala sesuatu yang menjadi mimpi
Dan harapan kami selama ini.


Untuk Ami Tercinta

terima kasih untukmu atas kisah hari ini
kisah hari ini sudah sejak lama aku harapkan
dari orang yang mencintaiku
namun, kau menjadi orang pertama yang mewujudkan harapan itu
dimana kau membuat aku bisa tersenyum
lepas semua penat yang ada
menghapus luka kisah kasihku

rencana yang tak spenuhnya matang
persiapan yang kurang dari standar

aku berangkat dari ciamis dan kau dari rumahmu
berharap bertemu di POS 5 Pangandaran

pukul menunjukan 10.30
baru bisa bertemu
padahal aku menunggu dari sejak tadi pukul tujuh

hari tentu sangat panas
tapi tak apalahhhh aku sudah bertemu pujaan hatiku

planning pertama ke POS 1

berenang

rambutmu terurai mempesona
senyummu
teriakanmu tak henti henti

terima kasih
atas pelukanmu
belaianmu
dekapanmu
dan semua ceritamu
waktu kau bonceng aku oleh sepeda motormu
menuju Pulang ke Pasawahan

Ami,, Kau Terbaik Buatku
jadilah bidadarikuuuuuuu

I love U so Much

24 Juni 2012






Kamis, 14 Juni 2012

pergi ! kembali


14 September 2011
Lampu jalanan itu berjalan
Semakin jauh meninggalkanku
Aku pergi
Aku kembali
Untuk cita-cita
Menemukan malam yang gelap
Tanpa bising knalpot
Tanpa gonggongan anjing malam
Tanpa rintihan burung hantu
Menuju kesepian mutlak
Sampai sekolah 00.35
Selamat,,,,,,, 

belajar lupa


15 September 2011
Aku harus belajar melupakanmu
Untuk mengurangi rasa sakitku nanti
Aku tak bisa tersenyum
Dengan kebahagiaan palsu ini
Dan aku tak bisa bahagia
Dengan harapan semu selama ini
Aku takut terjebak

Rabu, 13 Juni 2012

Aku sedang tak termenung


16 September 2011
Aku duduk menyaksikan senja
Di sudut gedung pinggir kota

Jalanan masih ramai
Oleh roda dua, empat dan enam
Sebagai sponsor rusaknya lingkungan terbanyak

Lampu pingir jalanan
Satu peratu menyala
Mengganti tugas sang surya tadi siang
Aku masih duduk di bangku
Menunggu antrean panjang menuju surga ilahi
Aku sedang tak termenung

Senin, 11 Juni 2012

Hadiah Malam


17 September 2011
Anjing itu menggonggong
Meratapi malam yang mencekam
Membeku dingin dan seperti batu

Pori-poriku berontak melawan dingin
Meski penjara lapis kain telah dibalutkan
Namun dingin itu tak berubah
Tetap menemani malam
Tetap mengiringi gelap

Indah bagi yang berselimut tebal
Aku,,,,,,
Tiga sosok pemuda
Kedinginan disarangi embun
Kubiarkan menempel
Karena esok akan berganti hangat
Akan ku tutup mata
Kuucap doa
“semoga mimpi indah selalu milikmu.

Sekilas Itu Tak Membekas


Sekilas itu tak membekas
            Siang itu panas mentari membakar apa yang ada di alam ini tepatnya di bagian timur. Orang-orang tampak hampIr semua menutupi peningnya sehinga tampak seperti menghormat. Tapi aura semangat terpancar pada mereka anak-anak maupun yang sudah tua apalagi pemuda. Di sebuah lapangan, disitulah tepatnya aku berada, dimana terdapat beribu manusia yang sedang melaksanakan suatu kegiatan. Orang yang hadir hampir semuanya petani dari seluruh penjuru Jawa Barat. Acaranya, kalau bicara petani pasti tidak jauh dengan yang namanya tanah, karena tanah dan petani ibarat ibu dan anak. Acara tersebut adalah “Penen Perdana Karet Rakyat Sagara”.
            Sebuah foto kupegang sepanjang acara itu dan sering aku jepretkan untuk mendapat moment yang bagus dan berestetika untuk dilihat. Sebuah tas bermerek BOOGY mendekap di punggungku yang entah apa isinya aku juga gak begitu hafal. Kakiku tak pernah santai untuk bersanding di kursi atau di tempat duduk. Aku selalu berjalan-jalan untuk mencari moment. Karena itu akan menjadi tanggung jawabku nanti. Ketikaku sedang berjalan tiba-tiba ‘ssst’ terlihat seraut wajah yang sepertinya pernah ku kenal, dan pernah aku melihatnya tapi entah dimana. Ku cari orang itu dan akhirnya ketemu, tapi aku tak sanggup untuk mendekati apalagi menyapanya. Ku ikuti langkahnya, tapi aku terikat dengan tugasku sebagai fotografer kelingkingan. Ku coba untuk menghafal namanya, akhirna sebuah kata terangkai di otakku “Chu” ya orang itu namanya Chu. Aku pernah meliatnya di foto yang terdapat di computer.
            Sekarang aku mencari temannya yang kebetulan bisa dibilang dekat denganku dalam dua bulan ini. Eh..Aku malah menemukan teman lelakiku. Terpaksa Sebentar aku bersapa dan bercanda dulu. Kulanjutkan pencarianku. Akhirnya wajah yang  ku cari-cari ketemu juga, dia duduk paling depan, terpaksa aku harus  berdesak-desakan dulu di sela orang-orang yang hampir semuanya berkeringat. Tak ayal bau keringatpun menghinggapi hidungku. Kupaksakan agar aku dapat menghampiri temanku itu. Akhirnya perjuanganku tercapai juga, aku dapat menghampiri temanku walau dengan susah payah.
            “Hai apa kabar?”
            “Baik, gimana kamu?
            “Alhamdulillah, oh ya tadi aku melihat si Chu ada di sini apakah dia ikut?”
            “Kurang tahu tuh karena kan aku berangkat dari Sarimukti tidak dari Ciamis. Coba tanyakan ke si Yu tuh baragkali dia tahu. Tuh sebelah situ dekat rombongan anak-anak!”
            “Ya, thank’s ya “
            “Sama-sama, semoga berhasil”
            Dengan perasaan agak malu aku mencoba manghampiri manusia yang bernama Yu itu. Aku sih gak kenal dia tapi dia mengenalku sehingga ketika aku mendekatinya dia langsung menyapaku.  “ Oy..(sambil menepuk bahuku), bagaimana kabarmu ?”
            “Baik, eh kamu berangkat dari mana?  Dari Ciamis bukan?”
            “Emang mau apa kalau aku bernagkat dari Ciamis”
            “Ahh enggak kok Cuma bertanya aja”
            “Yang bener….”
“Gini sebenarnya aku mau menanyakan kalau si Chu, ikut ke sini gak. Soalnya tadi aku melihatnya tapi aku tak berani untuk menghampirinya.”
“Ooooh.. dia. Dia kesini tapi sekarang entah di mana, kalau tadi di sebelah situ tuh” (sambil menunjuk kebelakang). Ternyata sudah tidak ada.” Eh emang kamu ada apa dengan si Chu aku jadi curiga nih?”
“Nggak biasa aja lagi”
“Sumpah lo”
“Ehhh aku itu orang normal jadi maklum dong”
“Ngomong dong dari tadi”
Perasaan bahagia dan tegang hinggap di satu hati. Bahagia karena aku dapat melihat indahnya wajah Chu, tagangnya apa yang harus aku katakan kalau aku bertemu dan bertatap muka dengannya. Tapi perasaan itu tak terjadi lama karena terganggu oleh suara yang mengusik telingaku dari belakang.
“Tolong fotonya aku yang pakai, itu ada masyarakat yang ingin difoto”
Aku seakan terbebas dengan permintaan itu, aku jadi leuasa untuk mencarinya.
Di sudut kanan panggung penonton wanita berbaju putih berdiri bergandengan tangan dengan temannya, melihat pertunjukan upacara adat. Aku mendekatinya pura-pura tak disengaja. Tiba-tiba temannya menyahut.” Eeey … kamu Zhe mana kawan-kawan lain, gimana kabarnya?”. Menyodorkan tangan mengajak bersalaman”
“Oh teman-teman di sebelah situ tuh. Lho kok kalian berdua disini gak bergabung dengan teman yang lain?”
“Ini lagi mau belanja untuk oleh-oleh”
Aku pergi meninggalkan mereka. Ada yang aneh yang kurasakan, kok tadi aku gak bersalaman dengan si Chu, padahal kan tujuannya adalah dia.  Itulah, mungkin aku sedang dijinakkan oleh makhluk yang bernama “gugup”. Segera ku cari yang tadi meminta foto padaku, supaya dia memoto si Chu. Ketika kulihat lagi lokasi tadi ehh si Chu sudah gak ada lagi. Tapi biarlah yang penting aku sudah memastikan bahwa dia ada di sini.
Acara makin meriah ketika Kepala BPN RI (Joyo Winoto) memasuki lapangan, penari latar yang pada cantik mulai memainkan tangan dan yang dipeganya dengan sangat apik. Maklum yang datang adalah mentri , pusat lagi. Di tambah lagi Gubernur JABAR (Dani Setiawan). Tangan para petani pun mulai di tepuk-tepukan menyambut kedatangan dia dan rombongannya. Ada rasa bangga pada diriku dimana aku dapat bertemu mentri dan gubernur dengan mata kepala sendiri di depan mata sendiri. Yang sebelumnya gak ada bayangan untuk bertemu dengannya apalagi bersalaman dengannya.
Aku mencoba lagi melihat lokasi yang tadi, dia sudah berdiri lagi dan masih tetap dengan temannya. Aku hampiri lagi, kali ini Alhamdulillah aku dapat  menyapanya dengan hati yang tenang. Ketika kulihat senyumnya mentari yang menyinaripun seakan menjadi salju yang berjatuhan dari langit. Udara seakan menjadi sejuk terasa dingin menyapa tubuhku. Tak terasa ternyata temanku sudah memfoto si Chu dan melpaorkan hasilnya kepadaku.
“Nih foto yang lo pinta tadi. Bagaimana bagus gak?”
“Bagus, tapi dimana lo memoto nya”. “Ah lo mau tau aja, yang penting kan sudah ada”. “ Iya…….” Terima kasih ya”.” Sama-sama”
Pas mau pulang aku lupa tidak minta nomor Hp nya. Terpaksa ku mencari lagi makhluk yang bernama Yu. Ternyata dia tak penya Hp. Adduh aku jadi bingung tapi kalau temannya punya. Yaaa aku minta aza punya temanya.
Apa artinya sebuah foto? Aku juga gak begitu tahu tapi tujuanku adalah aku dapat melihat si Chu semauku.
Dua hari setelah acara itu nama Chu yang kukagumi dua hari yang lalu, tak pernah muncul dihatiku apalagi dalam ingatanku. Mungkin tuhan telah menghapusnya dari kehidupanku dan memori otakku. Aku jadi percaya bahwa cinta itu hadir kala kita sering bersama. Setelah mata lelah habis nulis Kututup bukuku dan aku melaju ke alam mimpi. Dengan harapan mimpii indah menghiasi tidur malamku. 

Sabtu, 09 Juni 2012

Aku titip Kamu

Aku titip salam padamu bulan
Jaga keindahannya
Seperti kau menjaga indahmu
Jaga semangatnya
Seperti kau menjaga sinarmu
Lukis wajahnya dalam cahayamu
Agar aku tak bosan
melihatmu
Melihatnya
Kutitipkan pula kerinduanku
Pada-mu bulan
Akan kusimpan
rasa ini pada sinarmu

Belajar dengan situasi

Kali ini entah ke berapa___.....
kali, ini,, aku merasa sendiri
Disaat aku butuh
Semua orang seperti membuang wajah
dan berkata dengan renyah
"maaF !!"
Akhhhhhhhh apakah aku pergi saja
dan membuang perasaan ini ?

keyakinan, adalah kawan untuk bertahan

Bahwa aku belajar
menghadapi berbagai situasi
Meski kadang aku tak tahu
jangan-jangan aku yang salah
Tapi aku yakin

Tuhan tak salah pilih
Mudah-mudahan ini yang terbaik

(07 Juni 2012) bade nyetak foto

Kamis, 07 Juni 2012

Aku Akan Pergi


AKU AKAN PERGI
                        Tahun ajaran baru menyambutku dengan berbagai tantangan dan harapan. Orang lain sibuk mencari Universitas untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Aku masih bingung, apa yang akan kulakukan. Karena aku sudah dua tahun lulus dari SMA. Dan ini masa transisi aku hidup di Garut.

                        Langkah selanjutnya yang belum tentu, akan menentukan jalan hidupku. Aku belum punya planing. Tetap mengajar di Garut atau tidak mengajar dan tetap di Garut. Hanya itu pilihan waktu itu.

                        Selama ini aku domisili di Garut, empat hari untuk Sekolah Mts. Sururon sisanya antara rumah Ummi dan YAPEMAS (Yayasan Pengenmbangan Masyarakat). Suatu yayasan yang didirikan oleh SPP (Serikat Petani Pasundan) yang bertempat di Jl. Raya Samarang No. 108 A. cukup jauh dari pusat kota.

                        Pagi yang cukup cerah di bulan Juli, membuatku bebas pergi melenggangkan kaki kemanapun. Pagi ini rencananya aku main ke YAPEMAS. Meski tak ada rencana kerja yang akan ku kerjakan, tapi minimal aku bisa mengupdate informasi terbaru dari koran.

                        Berjalan kaki lima belas menit di pagi hari, cukup menyegarkan. Sedikit keringat yang keluar. Kilau matahari di sepanjang jalan membuatku harus menempelkan tanganku di kening seperti orang menghormat. Aku tak pernah peduli dengan lalulalangnya mobil dan motor. Tapi satu hal aku benci, asap kendaraan dan klakson.
                       
                        Di YAPEMAS hanya sebagian orang yang sudah bangun. Sementara sebagian lagi masih asyik dengan selimutnya (tak menghiraukan sinar mentari pagi). Di meja, sudah tergelatak beberapa koran seperti KOMPAS, PR, dan Radar Garut. Aku melihat-lihat koran tersebut tanpa kubaca isi keseluruhanya.

                        Seseorang menghampiriku, Yasa namanya, Alumni Mts. Sururon angkatan pertama yang baru saja lulus dari SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) Garut.

                        “Aku bingung ?”
            “Kenapa ?”
“Dulu ketika belum lulus SPMA, bingun takut gak lulus ujian. Sekarang, ujian sudah lulus bingung mau kemana. Pengennya kuliah, tapi entahlah, rasanya tidak mungkin”
“Ada beberapa pilihan mungkin ?”
“Ya sih ada, tapi itu juga membuat bingung. Kita, angkatan pertama Mts Sururon yang melanjutkan ke SPMA ditawarin untuk kuliah di UT (Universitas Terbuka). Terutama yang belum pasti mau kemana nasibnya. Kalau Siti Aminah sudah pasti di akan ke Tasik, ke UNSIL. Nah kita (Yasa, Siti Halimah, Sata, Sehab, Abd. Hamid juga Deni bingung. Karena kalau kita ikut UT kita harus berdomisili di Ciamis sambil bantu-bantu mengajar di sekolah yang sama didirikan oleh SPP.”
“Lalu apa masalahnya ?”
“Nah kalau kita ke Ciamis ada beberapa pertimbangan, pertama kita sudah berjanji untuk kembali lagi ke Sururon, dalam hal ini mengajar. Ke dua kita juga ingin berdomisili di Garut dan berpartisipasi atau bergabung dengan FPPMG karena kami rasa kalau kita pergi ke sana hanya sedikit orang yang di FPPMG. Yang lebih parahnya, hari ini adalah hari dimana kami harus memutuskan apakah kita pergi ke Ciamis atau tetap di Garut. Ngomong-ngomong kamu akan tetap di Sururon atau gimana?. Atau punya rencana kuliah lagi setelah kemarin keluar dari Musadadiyyah? ”
“Tak tahulah mungkin aku menarik diri dari Sururon dan masuk di SMK nya.”

Satu persatu penghuni YAPEMAS bangun dan melakukan aktifitas rutin mereka. Ada yang mandi lantas memanjakan diri dengan menjemur badan di bawah sinar matahari sambil membaca koran. Sayang tidak ada kopi. Ada yang mengepel lantai. Dan ada pula yang memasak. 
Pembicaraan tadi membuatku memberi sedikit pencerahan walau aku tidak termasuk kandidatnya.  Aku harap bisa masuk kandidat meski aku bukan lulusan Mts. Sururon dan sudah dua tahun blank.

Sore harinya aku pulang dengan cara yang sama, jalan kaki. Tak disangka di rumah aku di tanya sama Ummi.
“Don mau gak ke Ciamis?”
“Ngapain?
“ya, ngajar atuh
“dengan siapa?”
“Dengan temen Sururon, sambil kuliah sih. Cuma kuliahnya di UT jarak jauh”
“Gimana ya ?”
“Ya silahkan difikirkan aja. Keputusan ada di tangan kamu. Kalau ingin lebih jelasnya nanti tiga hari ke depan kita semua akan berkumpul di Sarimukti untuk membahas itu. Temen-temen sururon juga masih belum pasti apakah mau ikut atau tidak.”
“Ya aku pikirkan dulu dan mungkin perlu juga beberapa pertimbangan/nasihat dari beberapa orang.”

Tibalah pada hari dimana kami berkumpul untuk memutuskan siapa yang akan pergi ke Ciamis dan diam di Garut dengan pilihannya. Kami pergi dengan rombongan menuju Sekolah Mts. Sururon. Tak usah kuceritakan betapa indahnya perjalanan dengan berbagai macam sayuran terpampang di sepanjang jalan. Dan asap yang mengepul di puncak gunung Kamojang (kawah Darajat). Satu jam waktu yang kami butuhkan untuk sampai di Sarimukti.
Kawan yang lain sudah berkumpul menunggu kami di sebuah bangunan yang terbuat dari  kayu. Yang berdiri kokoh di atas kolam. Kami keluar dari mobil rombongan, sudah kebiasaan orang sunda kami bersalaman. Basa basi dan langsung memasuki kelas.
Cukup banyak yang hadir pada waktu itu. Sebagai kandidat terbanyak adalah alumni Sururon yang baru lulus dari tingkat SMA. Aku sudah cukup mengenal mereka. Kandidat yang baru adalah Sohib, Kamal, Iip, Excel, Abang dan Sehab. Mereka lulusan dari Fauzan plus pesantrennya. Tak heran kalau mereka semua pake kopeah dan sarung. Cukup menandakan bahwa mereka lulusan pesantren. Dan hidup sehari-harinya di lingkungan pesantren.
Sementara tim yang akan merekrut kami adalah Mas Oji, Bang Boy, Teh Linda, Mbak Laksmi dan Didi. Kepala sekolah Mts berikut pimpinan PONPES ikut hadir. 
Kulihat wajah-wajah bingung di raut muka para kandidat. Entah apa yang sedang difikirkannya. Apakah pertimbangan ikut atau tidak. Atau bingung mencari alasan untuk tidak pergi ke Ciamis.
Acara dibuka oleh pimpinan PONPES. Selanjutnya langsung ke pokok persoalan. Masing-masing dari kita ditanya satu persatu. Mau kemana, ngapain berikut kemanfaatan beserta alasan dari jalan yang diambil/dipilih. Kita pun menceritakan pilihan yang kita ambil.
Kesimpulannya, banyak dari mereka memilih jalan yang berbeda dengan beberapa alasan yang berbeda pula. Yang tadinya mau ikut juga ada yang mengundurkan diri.
Para mentor kami mencoba memberi penjelasan dan semangat lagi, juga beberapa pertimbangan terhadap jalan yang mereka ambil. Dan tentunya kenapa mereka menunjukan UT sebagai solusi.
Aku termasuk yang memilih unutk masuk UT dan ikut ke Ciamis. Tapi tujuan utama adalah ikut ke Ciamis. Untuk UT masih belum terpikirkan. Lalu para mentor menjelaskan mengapa mereka menunjukan jalan seperti itu.
“ ceng, kita tidak memaksa kalian untuk mengikuti apa yang kami sarankan cuma ada beberpa hal yang perlu dipertimbangkan. Kenapa kita memilih ke Ciamis dan masuk UT. Pertama, sebenernya kita cuma pengen menyelamatkan generasi kalian supaya tidak berpencar dan tetap pada jalan yang sedang kita perjuangkan bersama-sama. Kedua, ada banyak orang yang sukses dan teratur dari lulusan UT. Kenapa, karena kalau UT merek belajar sendiri. Kalau mereka tidak bisa memanagment waktu maka sepuluh tahun juga tidak akan lulus. Beda dengan universitas biasa yang hanya bisa diselesaikan dengan uang dan daftar hadir. Mereka tak peduli kalian mau jadi apa. Coba fikirkan ujian kalian bisa lihat buku, bisa lihat dari internet. Apa yang mereka didik ?. Dan paling kalian menjadi mental pegawai, ujung-ujungnya PNS, gak bakalan jauh kok. Belum lagi biaya, terutama biaya kehidupan. Coba kalian kalikan. Nah kalau di Ciamis ada beberapa pilihan dan manfaat kalian diam di sana. Selain kalian bisa belajar sendiri tanpa dosen, biaya kuliah cukup murah dibanding universitas biasa. Kalian juga bisa mengolah lahan untuk biaya hidup kalian dan latihan menempa diri kalian. Selain itu juga kalian bisa menjadi tenaga pengajar di sana di SMP PLUS PASAWAHAN.”
            Mereka diam membisu, aku yakin mereka bingung. Mau melawan/komentar gimana. Mau mengiyakan tidak mau juga
            “Ok, kita tidak memaksa, apapun keputusan kalian saya menghargai kalian. Yang penting kalian tetap sayang pada rakyat kecil. Nah untuk yang mau berangkat dua hari dari sekarang, kalian berangkat. Persiapkan apa saja yang harus di bawa. Disana kalian akan bertemu Eful dan yang lainnya”.
            Untuk diriku sendiri aku punya alasan tersendiri. Kenapa aku akan pergi.

                        Rasanya aku baru di cas dan diberi lampu dalam gelapnya tujuan dan langkah mau ke mana. Aku mengutarakan keputusan yang kuambil dan mereka mengijinkan. Bahkan mendukung dengan alas an kalau misalkan tetap di Garut juga tidak begitu efektif.
                        Matahari menyambut pagi dengan nyanyian burung. Padi mulai menguning di sekeliling rumah mengantar langkahku mengores embun pertama. Dengan sepatu di tangan kananku, tas yang cukup besar karena memuat pakaian layaknya orang mengungsi atau pindah rumah. Lambaian tangan terakhir kulihat sebelum aku masuk gang rumah komplek STKIP garut yang cukup padat. Aku berharap ini bukan lambaian terakhir. Kulangkahkan kaki menuju YAPEMAS untuk bergabung dengan kawan yang sudah menunggu.

anggrek putih

Anggrek putih itu menatapku
Dipagi yang sedikit murung
Tanah masih basah
Oleh tangisan langit malam tadi

Tumbuhan hijau bersuka ria
Bercengkrama dengan serangga
bertanya............
"Kenapa langit menangis malam tadi"
"Apakah terlalu banyak kesedihan di bumi ini ?"

Bumi teruslah menangis
Hingga kering air matamu

Selasa, 05 Juni 2012

Papatong

Terbanglah kemanapun kau mau
Dengan empat sayapmu
Kau terbang kesana kemari
Menghiasi sore di kebun sekolah kami

Kau begitu tenang di antara langit sore dan semburan sinar matahari
Apakah kau bahagia akan menyambut malam
Di mana bintang-bintang akan datang dan berkata
"teruslah hidup di bumi menghiasi siang"




Dianatara Jagung bersama Pak Ustad


selalu ada senyum untuk hari ini, esok dan seterusnya. Thanks for God Allah SWT

Senin, 04 Juni 2012

my hanz_02 maret 12

Semoga tuhan ada bersama kisah kita
Menuntun arah menghadapi masa depan
Suka
Duka
Bukan untuk kita pertengkarkan
tapi untuk kita selesaikan
bersama
aku mencintaimu dengan segala kesederhanaanku
seperti pena mencintai kertas putih
ada untuk saling mengisi dan melukis keindahan kisah kita.
my I love U