Volly Ball itu Seru
Hari itu hujan rintik-rintik tak terbayangkan olehku akan melakukan yang baru kali ini kulakukan. Entah apa yang mendorongku. Padahal waktu itu aku baru pulang dari garapan membuat bedengan untuk menanam buncis. Mandi juga belum, malah keringat pun masih menempel dibadanku. Kerumunan orang di depan kantor membuatku tertarik untuk menghampirinya. Kebanyakan orang asing, tapi salah satunya ada eful dan linda yang biasa kami sebut misis karena dia engajar bahasa inggris. Dan diapun tidak keberatan dengan jabatan itu. Tiba-tiba datang Rohim vanhopen.
“ boss mau ikut gak ?”
“ kemana ?”
“ eh... kan sekarang team kita SMK Pasawahan bagian tanding Bola Volly”
“dimana ?”
“ itu diatas, kalijati. Kalau mau ikut ayo kita bareng pemain aja biar tidak dikarcis, tapi paling dikarcis juga dua rebong.”
“gimana ya.......... Ok lah aku ikut, tapi bakalan seru gak ?”
“ seru atuhhhhhh”
“ iya atuh, aku ganti pakaian dulu, tunggu ya !!!!!!”
akupun bergegas mengganti pakaian dan kebetulan ada pakaian haer yang tergeletak dikamar. Tidak basa-basi aku langsung pake aja. Baru setelah aku pake dan mau berangkat aku minta izin dulu sma yang punya. Karena dia lagi membetulkan kolam untuk pakan lele. Jaraknya gak begitu jauh, hanya melewati kebon albasiah dan sedikit hiasan alang-alang disamping-sampingnya. Jalan lumpur yang kemarin baru disirami air hujan sudah mulai mengering. Jadi gak licin seperti biasanya.
Datang ke tempat kegiatan, pertandingan belum dimulai bahkan missis dan vea masih berada di luar lapangan/podium. Otomatis kami riang gebira karena masalah karcis kemungkinan besar terselesaikan. Yang tadi jadi bahan perdebatan antara berangakt atau tadi karenamasalah karcis. Namun kesimpulan yang diambil, kita tetap berangakat jikalau dikarcis palingan juga dua rebong kata rohim karena inimah baru babak pertama. Baru kalau misalkan sudah final atau semi final, karcisnya agak besar. Kamipun segera menyapa missis dan vea.
“ gimana udah mainnya belum ?”
“ belum atuh, matak diluar keneh oge. Eh ni karcis masuknya, silahkan kalau mau masuk duluan kami nanti nyusul.”
“ oh terima kasih, nanti aja bareng, kan kalau pisah agak gimana gituh.”
“ bagus atuh”
sementara menunggu masuk, kami melihat-melihat keadan diluar lapangan, karena untuk melihat keadan lapang di dalam tidak mungkin karena lapangnya di kelilingi oleh penghalang. Paling, kami hanya bisa melihat bola yang sesekali ke atas. Orang-orang diluar lapagan mulai ramai memberikankarcis kepada penjaga. Ada juga yang masih berdiam diri di motor . Missis masuk, kamipun mengikutinya, kuberikan karcis yang berwarna ping ke penjaganya. Ternyata di dalam sudah ramai orang-orang/suporter, ada juga yang berdagang, yang latihan dll. Musik pembuka permainan berdegup-degup menambah semangat para pemain. Kadang dangdut, kadang rap dan kadangjuga baratan yang gak ngerti apa artinya. Lagi-lagi di dalam lapangan dua makhluk yang tak asung lagi sudah nangkring diwarung ibunya. Mereka adalah jumsih dan nchee. Kamipun saling bersapa.
Cukup lama kami menunggu permainan dimulai di dalam aku keliling-keliling, sesekali menyalakan MP3 yang kubawa.
Pertandingan dimulai, missis mengajak kami untuk duduk di bangku suporter. Kami pun segera menduduki tempat duduk meski agak tersingkirkan dengan kehadiran cewek yang tak ku kenal. Tapi lama-kelaman perempuan itu pergi berlalu dengan sendirinya. Akupun langsung mereklaiming tempat itu. Sang reporter mulai berkicau memperkenalkan para pemain dengan nada yang khas reporter. Para pemain dari dua kubu berbaris sambil berlari-lari ditempat atau berloncat-loncat sedikit. Sesudah reporter memperkenalkan masing-masing kubu, selanjutnya wasit yang dikenalkan tapi namanya tidak tahu. Cuma yang satu rambutnya berkibar. Mereka pada bersalaman dan dilanjutkan dengan menempati posisinya masing-masing. Kulihat efull yang sudah siap dengan kuda-kudanya. Walau tubuhnya bisa dibilang overlangsing tapi dia kelihatannya tidak drop dengan mentalnya. Dia kelihatan santai dan mantap !!!!. Beda dengan sohib, walaupun dia gak main tapi feeling aku 'seandainya dia main maka yang akan kalah duluan adalah mentalnya walau badannya kekar dan gagah'. Dia hanya terdiam di sisi lapangan memegang perlengkapan volli orang lain dan sedikit memberitahu tentang hal yang aku tanyakan pada dia. Maaf lima temannya yang lain tidak tersebutkan berhubung penulis tidak mengetahui namanya.
Sorak sorai dan tepuk tangan mulai bergemuruh dari segala penjuru, walau jurunya hanya ada empat tapi suasana lapangan cukup meriah. 'wuuuuuh.............h ayo fulll', kata missis. 'priiiiiiiiiit' peluit tanda permainan dumulai berbunyi.
“ yaa.... saudara-saudara kita saksikan pertandingan volly ini yang paling bergengsi se kalijati dan tiada udanya, pokoknya kalau tidak menonton akan rugi. Kita saksikan sekarang di dean mata kita semua tim volly SMK pasawahan dari pasawahan dan KENTARA dari parigi. Ya saudara serve pertama dilakukan, bola melambung ke arah lawan, ayang menerima bola dengan sangat matang dan penuh pertimbangan diover. Ya pemirsa kita masih menunggu gebrakan dari para pemain tersbut, ooo.......ya saudara ayang melakukan cmash dan oooow bisa dihalau dengan baik oleh tim SMK Pasawahan. Rupanya pemain kita sudah mulai memperlhatkan kebolehannya. Awaaaassss owh....... tim Kembara kurang kompak sehingga bola masuk dan point untuk tim SMK Pasawahan”. Tepuk tanganpun bergemuruh termasuk nchee, vea, jumsih dan aku.
“ pemirsa kita lihat serve ke dua, ya ayang menggeleng-geleng bola 'priiiiiit' bola melambung, tim SMK pasawahan dapat mengekskusi datang nya bola dengan baik, tapi ooooowh ternyata, ya....... ya.....!!, rupanya bola dapat diselesaikan denganbaik dan teratur”. Sementara suara paling merdu nchee menjejali telingaku “ awasssss,,,,,, awasssssss, tuh bolanya, ya bagus.” kadang “iihhhhhh kenapa sihhh coba kalau ke situ, coba kalu begini”. Sambil sesekali mengayunkan tangannya dan mendaratkannya dipundakku dengan tenaga yang tidak disadarinya. Aku cuma bilang 'prikitiwwwwww pak efull sing mantappp'. Alasan kenapa aku tidak banyak berkoar, karena kalau berkoar dri awal nanti kalau akhirnya kalah, bukan malu lagi bahasanya tapi 'era, isin, malu'. Ganda tiga, bayangkan !!!!!. Missis menyempurnakan “iya fulll” sambil bertepuk tangan.
Set pertama tim kami menang sorak-soraipun bergemuruh termasuk kita-kita. Pemain berpindah posisi, kamipun berpindah tempat duduk ke sebelah tutara. Hujan gerimis mulai turun membasahi lapangan, para penonton mulai mencari posisi aman. Set ke dua dimulai. Tapi kelihatannya tim kami agak kurang semangat. Entah apa alasannya. Tapi menurut pandangan aku pun bakalan gak betah, karena kondisi lapangan yang tidak memungkinkan, jEBLOK. Sang reporter masih tetap orang itu, aku pikir kok gak serak-serak suaranya ? Dan dibayar berapa dia ?. Tidak perlu dijawab. Bahasanya tetap itu-itu aja, pangilan kepada pemain yang tidak dikenal adalah ayang dan yang aneh dan unik sekaligus lucu panggilan terhadap efull adalah bang efull. Set kedua tim kami ketinggalan angka dalam arti yang sebenarnya KALAH. Tim kami mulai berdiskusi. Bebreapa strategi akan dimainkan. Dan ternyata berkat kerjasama dan keyakinan membaja, set ke tiga tim orang lain ketinggalan sepuluh point dan kita MENAAAAAAAANG !!!. kami pun girang bukan main. Bang eful tersenyum penuh rasa bangga.
Di bawah gerimis hujan kami keluar lapangan dengan rasa bangga dan akan dijadikan oleh-oleh untuk kawan yang lain yang tidak ikut menonton langsung dilapangan. Sungguh ini pengalaman pertama aku menonton pertandingan bola volly di kampung orang lain. Dan ternyata memang serrru, tegang, bergejolak dan lainnya. Maju terus tim bola volly-ku.